SURABAYA (Pustakalewi) – Misa Hari Raya Allah Tri Tunggal Mahakudus menjadi penutup minggu terakhir bulan Mei. Di Paroki Santo Yohanes Pemandi Wonokromo, Misa berlangsung hikmat dan lancar. Ratusan umat bersemangat ramai-ramai menghadiri empat kali Misa yang dihelat akhir pekan lalu. Di Minggu sore hingga malam (26/5/2024), Misa persembahkan Selebran Utama RD. Yohanes P. Robin, SVD (Romo Sonny).
Romo Sonny dengan jubah putih memimpin Misa ditemani misdinar, asisten imam beserta bersama Paduan Suara dari kelompok Mudika (Muda-Mudi Katolik Paroki). Untuk Bacaan Pertama Misa diambil dari Ulangan 4:32-34, 39-40. Sedangkan Bacaan Kedua, diambil dari Roma 8:14-17.
Bacaan Injil dari Matius 28:16-20 yang berisi perintah Yesus kepada para muridnya untuk pergi ke seluruh penjuru dunia dan menjadi bangsa sebagai muridNya serta membaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Relevan dengan almanak gereja Katolik Roma yang minggu keempat bulan ini memperingati Hari Raya Allah Tri Tunggal, Romo Sonny menjabarkan konsep Trinitatis yang kadang membuat sebagian kecil umat Kristiani ragu dan gamang.
Benarkah Tuhan umat Kristiani (Katolik) itu tiga?. Siapa yang paling unggul dari tiga pribadi tersebut.
Daripada mempertentangkan, Romo Sonny mengisahkan seorang filsuf bernama Agustinus saat berada di pantai, bertemu dengan seseorang. Kemudian orang tersebut meminta Agustinus memasukkan air dan pantai serta samudera dalam sebuah tempurung kecil yang sedang dipegangnya. “Bagaimana bisa,” jawab Agustinus.
Seperti itu juga iman Katolik dan Kristiani yang percaya pada Yesus. Allah Tri Tunggal adalah misteri Allahi yang tidak bisa diungkapkan secara jasmani. Daripada mempersoalkan Tri Tunggal, lebih indah melihat substansi bahwa dengan Tri Tunggal, bukti kasih Allah.
“Berikut penjelasan singkatnya,” sambung Romo Sonny. Allah Bapa adalah pencipta. Allah Putera dalam diri Yesus adalah Allah yang rela turun ke bumi menjadi daging agar bisa disentuh yang penuh belas kasih dan peduli. Allah Roh Kudus diberikan kepada manusia agar tidak sendiri dan selalu menjadi penolong dan penghibur.
“Tiga pribadi tersebut saling melengkapi dan tidak ada yang paling besar atau paling hebat. Itulah prinsip kasih. Jadilah pewarta kasih daripada jadi pendebat yang tak berujung pangkal,” pungkasnya.
Misa ditutup dengan berkat perutusan. Sambil mengangkat tangannya, Imam Soverdi ini memberkati dengan ucapan, “Pergilah engkau diutus menjadi pembawa warta kasih. Amien. ” [TUMPAL PARHUSIP- Redaksi]
Berita Lainnya
Pengurus DPD MUKI Kota Surabaya Periode 2024 – 2029 Resmi Dilantik
BBCO Indonesia Rayakan Ibadah Natal bersama di Bandung
Pdt Budi Utomo: ” Natal adalah Hari Luar Biasa”