11 December 2024

PUSTAKALEWI NEWS

Progresif dalam Pemikiran, Pluralis dalam Pemberitaan

Peringati Peristiwa Mei 98, UC Gelar Pameran Poster Kesaksian Korban Kekerasan Seksual dan Kekerasan Bullying

9 / 100
IMG 20230526 WA0033

Surabaya,pustakalewi.com – Mei 98 adalah momentum bagi pemerintah untuk menyikapi kasus kekerasan seksual. Johan Hasan, Dekan Fakultas Entrepreneurship dan Humaniora Universitas Ciputra, menjelaskan bahwa dulu untuk menuntut keadilan, korban kekerasan seksual harus datang secara langsung sehingga banyak orang memilih diam karena tidak nyaman. Belajar dari mei 98, korban kekerasan seksual bisa mendapat pendamping, jadi saksi pendamping bisa mewakili dalam proses. Sebagai peringatan peristiwa Mei 98 ini, Universitas Ciputra menyelenggarakan berberapa acara yaitu Seminar dan juga pameran poster.

Timothy Hosua Malawau, staf Biro Mahasiswa dan Alumni sekaligus panitia acara, menjelaskan bahwa pameran poster ini digelar selama 1 minggu (22-28 Mei 2023) berkolasi di corepreneur lantai dasar UC Tower. Tidak kurang dari 45 poster dipamerkan sebagai peringatan hari anti kekerasan seksual dan hari anti bullying yang jatuh di bulan Mei.

”Pameran Poster ini untuk memperingati kasus mei 1998 sekaligus mengajak dan mendorong mahasiswa untuk aktif dalam mencegah kekerasan seksual dan bullying yang bisa saja terjadi disekitaran seperti dari lingkungan keluarga, teman, bahkan kampus. Menariknya ada beberapa poster berisi tentang kesaksian mahasiswa yang pernah menjadi korban kekerasan seksual dan kekerasan bullying. Kesaksian itu ditulis secara anonymous melalui aplikasi NGL di Instagram. Dengan demikian identitas pelapor bisa dirahasiakan”, terang Timmy.

“Mahasiswa juga kami ajak untuk menandatangani deklarasi UC melawan kekerasan seksual dan bullying,” imbuhnya. Dokter Sarah Hagia Lestari Ketua Satgas PPKS UC yang bertugas mencegah terjadinya kekerasan seksual serta menangani kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi berharap dengan kegiatan ini diharapkan korban-korban pelecehan mulai punya keberanian untuk speak up .

”Keberanian untuk melapor ini sangat penting untuk penanganan kasus pelecehan. Bisa diungkap dan korban bisa mendapatkan penanganan sehingga tidak mengalami trauma yang berdampak tidak baik dimasa mendatang,” jelas Sarah.

Darren pengunjung pameran menyatakan senang dengan pameran ini. “Pelecehan seksual dan bullying sering terjadi karena masih banyak orang tidak paham, dipikir itu Cuma candaan. Saya pribadi setuju untuk ikut memerangi tindakan bullying ini. Korban-korban ayok berani ngomong, cerita, bongkar. Sekaran gada Satgas PPKS, jadi kita punya wadah,” terangnya

Agenda Seminar, Universitas Ciputra berkolaborasi dengan Komnas Perempuan dan Roemah Bhinneka dengan mengangkat topik Kekerasan Seksual, Musuh Kita Bersama. Johan menjelaskan bahwa Refleksi dan diskusi tersebut menghadirkan Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, M.A. (Wakil Ketua TGPF Mei 1998), Veryanto Sitohang (Komisioner Komnas Perempuan), dan Wulansary (Penggugat Kekerasan Seksual).

“Veryanto Sitohang dan Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, M.A. akan mengupas dan merefleksikan ke depan terhadap Tragedi Mei 1998, khususnya korban kekerasan seksual. Harapannya negara hadir dalam upaya untuk mengusut dan menyelesaikan tragedi tersebut, bagaimana perubahan peraturan dan perhatian kita terhadap pelbagai korban kekerasan seksual di masa mendatang”, terang Johan.

“Tentunya gambaran tersebut akan semakin dipertegas melalui pengalaman seorang aktivis perempuan penggugat kekerasan seksual yang membantu memperjuangkan keadilan dari korban kekerasan seksual dan bagaimana pemulihan dari kondisi tersebut dapat dilakukan,” imbuhnya.

Seminar dilangsungkan pada hari Sabtu, 27 Mei 2023 jam 07:30-11:35 wib, di Dian Auditorium Universitas Ciputra Surabaya.

Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pemutaran video karya mahasiswa UC tentang Perundungan dan Kekerasan Seksual Masa Kini, pembacaan puisi oleh perempuan lintas agama. Sebagai penutup akan dilangsungkan sajian kuliner “Rujak Pare Sambel Kecombrang”, sebagai upaya simbolis untuk menggambarkan nasib getir dan pahit para jelita yang tersandung sebagai korban kekerasan seksual, khususnya tragedi Mei 1998.

“Rujak Pare Sambel Kecombrang” adalah ritual yang diinisasi oleh Harjanto Salim sejak tahun 2018 di Semarang, sebagai bentuk adaptasi dari tradisi masyrakat, khususnya Tionghoa dan Jawa, yang selalu menempatkan makanan khas di setiap ritual peringatan tertentu. Johan berharap kegiatan ini bisa dijadikan momentum bagi kita semua untuk menatap kembali sejarah kelam tragedi Mei 1998, menatap secara reflektif dan evaluatif terhadap cara kita memandang kekerasan seksual.

Kekerasan seksual adalah musuh kita bersama, dan bisa terjadi pada orang-orang sekitar kita yang kita sayangi atau kenal. Kiranya itu yang bersama-sama harus diperjuangkan dan disuarakan dengan lantang. Info/red

9 / 100