8 February 2025

PUSTAKALEWI NEWS

Progresif dalam Pemikiran, Pluralis dalam Pemberitaan

Emanuel Sujatmoko: “Orang Kaya itu Tidak Ada, yang Ada itu Orang yang Merasa Kurang!”

20240515 Emmanuel Sujatmoko
Emanuel Sujatmoko Ketua Badan Pembina Perkumpulan LBH HOPE

SURABAYA (Pustakalewi.com)– Sekretariat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) HOPE, Rabu siang (15/05/2024) yang berada di bilangan Ruko Mangga Dua Surabaya berasa ramai karena kehadiran Emanuel Sujatmoko, pembina Perkumpulan LBH HOPE.

Sekretariat yang tengah menangani klien seorang ibu (65 tahun) dan putrinya (40 tahun) yang awalnya hening, tiba tiba berubah suasana dari perbincangan hukum menjadi arena kesaksian iman dan pengalaman hidup.

Ibu yang tengah gundah gulana menjadi terhibur mendengar tausiah yang disaksikan oleh pak pembina. Permasalahan hukum yang dialami putrinya berawal dari masalah komunikasi antara ibu dengan anak. Percakapan mengalir mulai dari persoalan cita-cita anak, komunikasi antar anak, relasi bapak dengan anak dan kecemburuan atas keberhasilan dan kekayaan antar saudara.

Sang putri yang awalnya duduk diam akhirnya berani mengungkapkan isi hatinya. Berbagai hal terungkap. Meninggalkan rumah karena ada konflik dengan saudara dan memutuskan ikut perusahaan penyalur tenaga kerja tanpa memberitahu dimana keberadaannya. Sang putri mengaku hal itu dia tempuh karena merasa dirinya harus membuktikan dirinya mampu menjadi orang kaya.

“Orang Kaya itu tidak ada, yang ada itu orang yang merasa kurang!” ujar pak dosen senior Fakultas Hukum Universitas Airlangga ini dengan nada lembut. Sang putri tertegun dan seraya menundukkan kepala. Pak dosen yang asli Sukoharjo-Solo kemudian bersaksi pengalaman hidupnya sejak menjadi tenaga dosen di penghujung tahun 1970an.

Memulai profesi dosen dengan gaji yang sangat minim dan tinggal di rumah tipe 36. Tetapi hal itu tidak membuatnya kecil hati. Kerja keras sebagai tenaga pengajar ditempuh hingga harus mengajar ke pulau Madura di tahunon 1980an dengan hanya naik sepeda motor.

“Saya tidak merasa miskin jika meliat banyak orang lain yang sulit makan kala itu” imbuh bapak tiga orang anak dan beberapa orang cucu itu. Lalu Emanuel mengingatkan agar sang putri mengoreksi obsesinya dengan menggunakan motivasi yang lebih benar yakni ingin mandiri dan terus bertumbuh menjadi seorang perempuan dewasa.

“Terus percaya pada tuntunan Tuhan” ujar pak dosen yang bergereja di Gereja Baptis Pucang Surabaya itu di akhir percakapan.(Sp/Red)