
Surabaya – Tantangan terbesar yang dihadapi para lulusan penyandang disabilitas netra bukan hanya soal kompetensi, melainkan juga minimnya informasi yang menghubungkan mereka dengan dunia kerja.
Hal tersebut disampaikan oleh, Pembina Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB), Dr Soedjono. Menurutnya, ketimpangan informasi antara perusahaan dan para pencari kerja tunanetra menjadi tembok yang harus segera diruntuhkan.
“Salah satu hambatan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya informasi dari kedua belah pihak. Perusahaan tidak mengetahui kompetensi apa yang dimiliki oleh tunanetra, sementara para lulusan sendiri juga tidak tahu peluang kerja apa yang terbuka untuk mereka,” ungkapnya.
Soedjono menjelaskan banyak perusahaan belum memahami potensi besar yang dimiliki penyandang disabilitas netra, mulai dari kemampuan dalam teknologi, administrasi, hingga keterampilan kreatif.
Tidak hanya dari sisi institusi dan industri, hambatan psikologis dari lingkungan keluarga juga menjadi persoalan yang tak kalah penting. Rasa khawatir berlebihan, bahkan rasa kasihan yang keliru, justru menjadi penghalang kemajuan.
“Kadang-kadang justru keluarganya sendiri yang tidak mendorong, karena merasa kasihan. Padahal justru dukungan keluarga itu penting untuk membangun kepercayaan diri,” lanjutnya.
Soedjono memandang, banyak lulusan tunanetra yang terbukti memiliki potensi luar biasa. Dengan pelatihan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, mereka dapat bekerja di berbagai bidang, termasuk digital marketing, musik, jurnalistik, bahkan kewirausahaan berbasis teknologi.
Ia menyarankan solusi dari tantangan ini bukan hanya terletak pada para penyandang disabilitas itu sendiri, tetapi juga pada seluruh ekosistem mulai dari lembaga pendidikan, pemerintah, hingga sektor swasta. Diperlukan platform bersama untuk menyatukan informasi dan peluang kerja, serta pelatihan teknis dan sosial yang meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan bersaing lulusan tunanetra.
“Ketika kompetensi teknis bertemu dengan dukungan moral dan informasi yang jelas, maka penyandang disabilitas netra tak hanya mampu berdiri sendiri, tapi juga menjadi bagian aktif dalam pembangunan ekonomi yang inklusif,” tutup Soedjono. info/red

Berita Lainnya
Ketua Dekranasda Kabupaten Kediri Susun Strategi Tingkatkan Kualitas Produk Kerajinan
Grand Swiss-Belhotel Darmo Surabaya Rayakan Dua Tahun Perjalanan dengan “Harmony of Hearts, 2 Years of Blessings”
Swiss-Belinn Malang Hadirkan Perpaduan Cita Rasa Kuliner Internasional dan Khas Nusantara untuk Musim Liburan Akhir Tahun