
Pasuruan – Pembumian dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam “Empat Pilar Kebangsaan” menjadi salah satu kunci dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Mufti Anam mengatakan, Indonesia memiliki empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Empat pilar kebangsaan itu harus terus kita pelajari dan terutama kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar apa? Agar itu menjadi perekat kesatuan kita, sekaligus modal sosial untuk menghadapi tantangan zaman,” ujar Mufti Anam dalam sosialisasi “Empat Pilar Kebangsaan” yang digelar di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada 9 Desember 2024 lalu. Kegiatan tersebut diikuti perwakilan beragam komunitas dan elemen masyarakat, mulai dari santri, anak muda, kelompok perempuan, dan komunitas dunia usaha.
Dia menjelaskan, konsolidasi empat pilar ini pertama kali dilakukan oleh almarhum Taufiq Kiemas saat beliau menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2009-2014. Taufiq Kiemas adalah tokoh bangsa dari PDI Perjuangan.
Mufti optimistis, bila kita semua konsisten menerapkan nilai-nilai dalam empat pilar kebangsaan, kehidupan bangsa bisa terus bergerak maju. “Dan InsyaAllah kita bisa melewati beragam tantangan serta dinamika zaman,” kata pengurus BPP HIPMI tersebut.
“Empat pilar kebangsaan tersebut selaras dengan karakter dan kepribadian bangsa, karena memang keempat pilar itu bersumber dan tidak tercerabut dari kepribadian serta kearifan lokal rakyat Indonesia,” imbuh pengurus GP Ansor tersebut.
Mantan aktivis Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) itu mencontohkan Pancasila yang merupakan satu dari empat pilar tersebut. Pancasila, papar Mufti, adalah ideologi bangsa, falsafah hidup, dan dasar negara, yang digali Bung Karno dari kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
“Pancasila bersumber dan digali dari rakyat Indonesia sendiri, dari tradisi dan kearifan warga Indonesia. Sehingga ini relevan bagi kehidupan bangsa kita. Misalnya bagaimana anak muda kita membangun gotong royong dan kepedulian. Coba tengok tetangga kanan dan kiri, jangan sampai ada yang kesusahan, atau bahkan tak bisa makan. Mari saling bantu sesuai nilai yang ada di Pancasila,” jelasnya. info/red

Berita Lainnya
Jangan Terkecoh! Begini Aturan Resmi dan Penjelasan DJP soal Pajak Warisan
Baru dipasang Setahun Lalu, Alat Pemantau Gunung Kelud Rp 1,5 miliar Dicuri
Mas Dhito Pastikan Koperasi Desa Merah Putih di Kediri tak Ditunggangi Kepentingan Politik