
Hidup menjadi terang bagi dunia, itulah yang menjadi harapan Nirwana .Juda (49 tahun) saat memutuskan untuk menjadi orang Kristen. Bagaimanakah perjalanan hidupnya hingga ia mengambil keputusan yang sangat berati dalam hidupnya itu?
Menjadi pengikut Kristus memang tidak mudah dan banyak cobaan, hal inilah yang dirasakan oleh Nirwana Juda, S.H. yang menjabat sebagai Kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Balai Pemuda Surabaya saat ia mengambil keputusan untuk menjadi pengikut Kristus. Walaupun demikian, ia tetap bersyukur karena keputusan yang telah diambilnya merupakan suatu pilihan yang tepat bagi keluarganya hingga saat ini.
Keinginan untuk menjadi pengikut Kristus timbul dari dalam hatinya saat ia melihat salah satu tetangganya yang bernama Pak Ipan yang bekerja sebagai tukang becak. Meskipun bekerja sebagai penggayuh becak kehidupan pak Ipan selalu senang. Dari situlah ia memberanikan diri untuk mencari tahu sebenarnya apa yang menyebabkan hidup tetangganya itu selalu terlihat senang walaupun hanya bekerja sebagai tukang becak saja. Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh tetangganya itu adalah orang Kristen, mungkin itulah sebabnya mengapa hidupnya selalu senang, pikir Juda.
“Sejak saya melihat hal itu, saya mulai bercerita tentang keinginan saya pergi ke Gereja kepada istri saya,” ujar Juda saat memulai cerita. Tapi untuk melakukan semuanya itu tidaklah gampang karena setelah menjadi orang Kristen makin banyaklah tantangan hidup yang dialami olehnya. “Sebenarnya, waktu saya mengutarakan keinginan saya tersebut saya merasa sungkan kepada istri saya karena keluarga kami saat itu muslim semua,” tambahnya.
Memberanikan diri masuk GKI Ressud
Seperti yang diceritakan oleh Juda saat ditemui Pustakalewi.com Senin pagi (16/01) di kantor tempat dia bekerja. “Saya masuk Kristen sekitar tahun 1980 saat itu saya masih belum menjadi pegawai negeri,” katanya. Ia juga mengungkapkan bagaimana pengalaman pertamanya saat pergi ke gereja bersama istrinya saat itu. “ Pertama kali saya datang ke gereja bersama istri saya, kebetulan gereja yang saya datangi saat itu adalah GKI Ressud, “ ucap pria kelahiran tahun 1957 ini.
“Tetapi setelah saya datang ke gereja tersebut, saya tidak tahu bagaimana caranya agar saya bisa masuk ke dalam gereja tersebut. Jadi yang saya lakukan saat itu hanya mengamati jalannya ibadah dari luar pagar gereja saja,” tuturnya sambil tertawa. Menurutnya, ia lakukan hal tersebut karena ada rasa takut yang timbul dari dalam dirinya dan hal seperti itu ia lakukan kurang lebih selama dua bulan. Sampai pada akhirnya ia memberanikan diri untuk bertemu dengan tetangganya yang bekerja sebagai tukang becak tersebut.
“Pak, saya mau ikut pergi ke gereja itu bagaimana? “kata Juda saat menyampaikan keinginannya kepada pak Ipan tetangganya itu. Akhirnya Juda pun di ajak beribadah ke Bukit Zaitun. Ia juga menceritakan bagaimana pengalamannya saat pertama kali beribadah di gereja. “Di gereja waktu itu saya kan belum tahu apa-apa jadi saya merokok, untung saja saya diberi tahu sama pak Ipan kalau sedang beribadah kita tidak boleh merokok,” ungkapnya.
Dan kebetulan setelah masuk Kristen itu Juda di ajak oleh salah satu temannya untuk pergi ke GKI Ressud. “Ya ini yang saya minta dari dulu GKI ini, caranya masuk tidak bisa,” tutur suami dari Asmunik ini saat menceritakan kembali pengalamannya kepada Pustakalewi.com.
Pada tahun 1980 bulan Januari ia memutuskan untuk menjadi orang Kristen, tetapi sungguh diluar dugaan Juda tidak disapa oleh pihak Keluarga hampir lima sampai enam tahun atau dengan kata lain ia dikucilkan. Masalahnya karena semua keluarga, baik keluarga dari istrinya atau keluarganya sendiri tidak ada yang Kristen semuanya adalah keluarga muslim.
Pada tahun 1981 bulan Maret menjadi Pegawai Negeri Sipil tapi belum mendapatkan jabatan. Dan anehnya pada tahun 1986 semua teman-teman dan orang-orang yang berada di bawahnya itu diangkat menjadi kepala semua dan ia tidak. Tetapi Juda yakin bahwa itu semua adalah bagian dari rencana Tuhan untuk dirinya.
Iming-iming jabatan dengan meninggalkan Kristen
Pernah suatu kali ia ditawari oleh seseorang untuk bisa mendapatkan jabatan, dengan syarat ia harus masuk agama yang dulu dianutnya. Tetapi semuanya itu tidak diperdulikan oleh Juda. Akhirnya pada tahun 1995 ada pergantian Kepala barulah ia diangkat menjadi Kepala di Dinas Pendidikan Surabaya untuk bidang kepegawaian. “ Dari situlah saya benar-benar yakin bahwa Tuhan telah mempersiapkan suatu jalan yang terbaik bagi umatnya,” ujar Juda yang juga pernah mengurusi perkara sekitar 109 guru Islam Jombang yang SK-nya (Surat Keputusan) tidak bisa turun dan gajinya tidak dapat cair.
“Jadi pada tahun 1995 itu sepertinya Tuhan memutar balikkan semuanya, karena semua teman-teman saya yang diangkat lebih dahulu hanya menjadi kepala di kecamatan saja, sedangkan saya langsung menjadi kepala di Dinas Pendidikan dan hal itu sampai sekarang hingga saya menjadi kepala UPTD di Balai Pemuda Surabaya ini,” tambahnya.
Juda juga menyatakan, bahwa ia sangat tidak senang sekali apabila dalam urusan jabatan atau dinas melibatkan agama. ”Karena agama semuanya itu sama, karena tidak ada agama yang mengajarkan hal yang tidak baik semuanya paststi baik. Dan itu tergantung dari orang yang menganut agama tersebut,” tutur laki-laki lulusan hukum dari UNTAG ini.
Ia juga menambahkan bahwa hidup sebagai orang Kristen harus bisa menjadi garam dan terang dunia, agar orang lain mempunyai pandangan bahwa tidak semua orang Kristen itu tidak baik.
(rhl)
Berita Lainnya
Ratusan Siswa Metta School Peringati Hari Raya Waisak
Yayasan Sahabat Sinoman Indonesia Peringati Hari Tri Suci Waisak 2567 BE/2023
Kisah Kelahiran Buddha ada di Relief Dharma Sala Maha Vihara Mojopahit